MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
“PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA BATIK INDONESIA”
DISUSUN OLEH :
BAGAS BIMANTARA
1TA07
NPM : 11315220
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERANCANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana.
Makalah ini bertemakan tentang perkembangan dan pembangunan
budaya nasional dan kali ini saya mengambil judul Kebudayaan Batik Indonesia.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 13 Oktober 2015
Bagas Bimantara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya juga dapat diartikan sebagai suatu pola hidup
menyeluruh , budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu
daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional indonesia, yang termasuk
kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam
suku-suku di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian batik dan sejarah munculnya batik di Indonesia?
2. Apa saja jenis
batik yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana
perkembangan batik tradisional dan modern?
4. Bagaimana
proses pembuatan batik?
5. Bagaimana
batik Indonesia di mata dunia?
1.3 Tujuan
1. Memahami
perngertian batik serta memahami sejarah munculnya batik di Indonesia.
2. Memahami
perkembangan batik yang ada di Indonesia.
3. Mengetahui
proses dari pembuatan batik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Batik dan Sejarah Munculnya Batik di
Indonesia
1.
Pengertian Batik
Batik merupakan tehnik didalam menulis atau menggambar pada
media tertentu dengan menggunakan lilin batik (wax /malam) untuk mencegah
sebagian warna lain,didalam pembuatan batik lilin atau malam berfungsi untuk
mencegah penyerapan warna lain pada saat proses pewarnaan,Definisi batik telah
disepakati pada Konvensi Batik Internasional di Yogyakarta pada tahun
1997,tetapi banyak orang yang mengenal batik adalah suatu kain atau bahan
dengan corak atau motif yang khas,artinya banyak orang mengartikan bahwa batik
adalah sebagai motif dan bukan sebagai tehnik pembuatannya.
Ada beberapa pendapat yang mengartikan tentang asal kata
batik,misal yang paling banyak dikenal adalan bahwa kata batik berasal dari
bahasa proto-austronesia dan bahasa Jawa. Batik berasal dari bahasa
proto-austronesia “becik” yang artinya membuat tato dan berasal dari bahasa
Jawa yaitu “amba” atau menulis dan “titik”.
Batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi pada tanggal 2 Oktober 2009.
Pengakuan UNESCO ini meliputi teknik, teknologi serta motif Batik Indonesia.
2. Sejarah Batik
Ditinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak
jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat
terbatas oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta
pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton
dan berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarahnya, periode
perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Jaman
Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sejarah perkembangannya, batik telah berkembang
sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana
batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur
yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung masih
berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati
Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi
polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang tewas dalam
pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh
Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung
Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam
perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik
Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara kolonial Belanda
dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai Mojo
mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas
batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu
dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.
b. Jaman
Penyebaran Islam
Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit
membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di
Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh
Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang
kala itu masih terbatas dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar
dari kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak
didiknya untuk menguasai bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan
lama yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan
meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan,
Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
c. Batik Solo
dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan
Mataram ke-I pada masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa
pembatikan pertama. Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam
lingkungan keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu.
Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi
batik dan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat
tertarik dan meniru sehingga akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan
meluas di kalangan rakyat biasa.
Ketika masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi
peperangan yang menyebabkan keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di
daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo,
Tulung Agung dan sebagainya maka membuat batik semakin dikenal di kalangan
luas.
d. Batik di
Wilayah Lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja.
Pada tahun 1830 setelah perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut
Pangeran Diponegoro yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik
Banyumas dikenal dengan motif dan warna khusus dan dikenal dengan batik
Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang
menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan
dan Wonopringgo.
Selain di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa
Barat. Hal ini terjadi karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota
seperti Ciamis dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug,
Sukapura, Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang
dari keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.
2.2 Jenis – Jenis Batik
Berdasarkan motif atau polanya, batik dapat dibedakan
menjadi batik klasik dan batik pesisir.
1. Batik Klasik
Klasik berarti suatu karya (umumnya dari masa lampau) yang
bernilai seni serta ilmiah tinggi berkadar keindahan dan tidak luntur sepanjang
masa. Berdasarkan pengertian di atas maka batik klasik merupakan suatu karya
seni yang bersifat kuno atau tradisi yang memiliki kadar keindahan tinggi.
Batik klasik tidak luntur sepanjang masa karena bermakna filosofis yang berarti
mengandung unsur-unsur ajaran hidup yang banyak digunakan khususnya oleh
masyarakat Jawa. Batik klasik mempunyai 2 macam keindahan yaitu keindahan
visual dan keindahan filosofi. Keindahan visual adalah rasa indah penglihatan
panca indera yang diperoleh dari perpaduan atau harmoni berupa susunan bentuk
dan warna. Sedangkan keindahan filosofi atau jiwa adalah rasa indah yang
diperoleh karena susunan arti atau lambang yang membuat gambar sesuai dengan
paham yang dimengerti. Contoh batik klasik adalah parang rusak, kawung,
sidomuksi dan lain-lain.
2. Batik Pesisir
memiliki motif atau pola yang tidak menganut pola
tradisional melainkan memiliki kebebasan dan kemandiriaan dalam pengungkapan
bentuk dan warna. Berbagai pilihan warna seperti merah, hijau, kuning dan
sebagainya dapat diterapkan.
Dan adapun dibawah ini merupakan jenis batik yang
dispesifikasi berdasarkan motif dan tempat asalnya, diantaranya adalah :
Batik Kraton
Jenis batik yang satu ini merupakan cikal bakal dari semua
jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi
hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik
ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk
digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang
Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.
Batik Cuwiri
Jenis batik yang satu ini merupakan jenis batik yang motif
batiknya menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk
semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini
kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti
kecil-kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.
Batik Pringgondani
Pringgondani merupakan nama kesatriyan tempat tinggal
Gatotkaca putera Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna
gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh
sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.
Batik Sekar Jagad
Motif batik ini mengandung makna kecantikan dan keindahan
sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan
bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” yang diambil
dari bahasa Jawa (Kar = peta, Jagad = dunia), sehingga motif ini juga
melambangkan keragaman di seluruh dunia.
Batik Sida Luhur
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan
motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti
jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida”
mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Motif Sida Luhur
(dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan
dapat menjadi panutan masyarakat.
Batik Kawung
Jenis batik motif kawung berpola bulatan mirip buah kawung
(sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang
ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai
gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus
adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif
Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang
terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif
kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang
senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah
motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung
Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar
daripada picis dan bernilai setengah sen.
Batik Kumpeni
Jenis-jenis batik yang memiliki motif ini dahulu kala banyak
dibuat oleh para pengusaha batik belanda di Pekalongan dan Cirebon. (Beberapa
nama yang bisa disebut Ny.B.Fisher, Ny.S.W. Ferns, Ny.R.Scharff van Dop). Motif
batik yang satu ini menggambarkan berbagai pemandangan keseharian seperti
pedagang, petani, kapal laut serta beberapa gambar yang diadopsi dari kisah
kisah Belanda.
Batik Sida Asih
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan
motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti
jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung
harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Makna dari motif Sida Asih
(dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling
menyayangi dan mengasihi antar sesama.
Batik Tambal
Jenis batik tambal memiliki makna menambal atau memperbaiki
hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri
menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik
bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya
adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal.
Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang
kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
Batik Sida Mukti
Jenis Batik Sida Mukti meruapakan motif batik yang biasanya
terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam
upacara perkimpoian. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda.
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak
dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana.
Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang
diinginkan bisa tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung
harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Batik Sudagaran
Jenis Batik Sudagaran merupakan motif larangan dari kalangan
keraton yang membuat seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru
yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan
sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran
umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda
alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru
tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta
kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran
mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek
(bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.
Batik Petani
Jenis Batik Petani merupakan batik yang dibuat sebagai
selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah dikala tidak pergi ke sawah atau
saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus.
Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan
secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun
diikutkan ke saudagar.
Batik Semen Rama
Jenis Batik Semen Rama dimaknai sebagai penggambaran dari
“kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat
beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah
ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang
berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti
garuda, burung dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yg
berhubungan dengan laut atau air, sprti ular, ikan dan katak. Jenis ornament
tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana.
Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat
manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah
tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
2.3 Perkembangan Batik Tradisional dan Modern
Sebelum penjajahan Belanda berlangsung di Indonesia, batik
sudah dikenal di tanah Jawa sejak jaman Kerajaan Kediri tahun 932 Masehi hingga
Kerajaan Majapahit sampai pada masa kejayaan Islam Demak, yang masih memakai
bubur ketan sebagai perekatnya sebelum ditemukan lilin (malam). Namun demikian,
perkembangan batik tradisional diawali pada jaman penjajahan Belanda yang
disebut dengan gaya Van Zuylen sebagai orang pertama yang memperkenalkan seni
batik kepada seluruh masyarakat di negeri Belanda yang disebut sebagai “Batik
Belanda”,
batik ini tumbuh dan berkembang antara tahun 1840-1940.
Hampir semua Batik Belanda berbentuk sarung yang pada mulanya hanya dibuat
masyarakat Belanda dan Indo-Belanda di daerah pesisiran (Pekalongan). Batik
Belanda sangat terkenal dengan kehalusan, ketelitian dan keserasian
pembatikannya. Selain itu ragam hiasnya sebagian besar menampilkan paduan aneka
bunga yang dirangkai menjadi buket atau pohon bunga dengan ragam hias burung
atau dongeng-dongeng Eropa sebagai tema pola. Paduan sejenis juga dibuat dengan
ragam hias China atau Jawadengan warna yang selalu lebih cerah sesuai dengan
selera masyarakat Eropa pada masa itu.Selanjutnya pengaruh budaya China juga
terdapat pada batik di pesisir utara Jawa Tengah hingga saat ini yang dikenal
dengan nama Lok Can.
Orang-orang China mulai membuat batik pada awal abad ke 19.
Jenis batik ini dibuat oleh orang-orang China atau peranakan yang
menampilkanpola-pola dengan ragam hias satwa mitos China, seperti naga, ragam
hias yang berasal dari keramik China kuno serta ragam hias yang berbetuk mega
dengan warna merah atau merah dan biru. Batik China juga mengandung ragam hias
buketan, terutama batik China yang dipengaruhi pola Batik Belanda. Pola-pola
batik China dimensional, suatu efek yang diperoleh karena penggunaan perbedaan
ketebalan dari satu warna dengan warna lain dan isian pola yang sangat rumit.
Hal ini ditunjang oleh penggunaan zat warna sintetis jauh sebelum orang-orang
Indo-Belanda menggunakannya.
Kemudian pada jaman Jepang dikenal Batik Jawa Baru atau
BatikJawa Hokokai. Batik ini diproduksi oleh perusahaan-perusahaan batik di
Pekalongan sekitar tahun 1942-1945 dengan pola dan warna yang sangat
dipengaruhi oleh budaya Jepang, meskipun pada latarnya masih menampakkan pola
keraton. Batik Jawa Hokokai selalu hadir dalam bentuk “pagi-sore” yaitu batik
dengan penataan dua pola yang berlainan pada sehelai kain batik. Batik ini
terkenal rumit karena selalu menampilkan isisan pola dan isian latar kecil
dalam tata warna yang banyak. selain itu ragam warnanya lebih kuat seperti
penggunaan warna kuning, lembayung, merah muda dan merah yang merupakan nuansa
dan citra Jepang.
Batik Indonesia lahir sekitar tahun 1950, selain secara
teknis merupakan paduan antara pola batik keraton dan batik pesisiran, juga
mengandung makna persatuan. Pada perkembangannya batik Indonesia bukan hanya
menampilkan paduan pola batik keraton dengan teknik batik pesisiran melainkan
juga memasukkan ragam hias yang berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
Ketekunan yang tinggi serta keterampilan seni yang tiada banding dari para
pengrajin batik maka batik Indonesia tampil lebih serasi dan mengagumkan.
Hal ini disebabkankarena unsur-unsur budaya pendukungnya
yang sangat kuat sehingga terwujud paduan ideal antara pola batik keraton yang
anggun atau pola ragam hias busana adat berbagai daerah di Indonesia dengan
teknologi batik pesisiran dan dikemas dalam sebuah simfoni warna yang tidak
terbatas pada latarnya. Batik ada yang dibuat secara tradisional yaitu ditulis
dengan tangan dan adapula batik yang diproduksi secara besar-besaran di pabrik
dengan teknik pembuatan yang lebih modern.
Dengan demikian terdapat dua pengertian mengenai batik yaitu
tradisional dan modern. Batik tradisional umumnya ditandai oleh adanya bentuk
motif, fungsi dan teknik produksinya yang bertolak dari budaya tradisional,
sementara itu batik modern mencerminkan bentuk motif, fungsi dan teknik
produksi yang merupakan aspirasi budaya modern. Menurut macamnya kain batik
terdiri atas tiga, yaitu Kain batik tulis yang dianggap paling baik dan paling
tradisional, Kain batik cap dan Kain batik yang merupakan perpaduan antara
batik tulis dan batik cap yang biasanya disebut batik kombinasi.Seni batik kini
dilindungi Undang-Undang Hak Cipta Indonesia lama No. 19 Tahun 2002.
2.4 Proses Pembuatan Batik
Sampai saat ini proses pembuatan batik dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu batik tulis, cap, dan print. Saat ini batik print lebih sering disebut
kain bermotif batik oleh para seniman dan pengrajin batik. Dalam pembuatan
batik print dianggap produk massal dan proses yang dilakukan sangat minim. Pada proses pembuatan batik tulis dan cap
dianggap masih orisinal karena penggunaan lilin atau malam sebagai media
perintang warna, hingga hampir seluruh prosesnya dengan manual oleh tangan
manusia.
Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu :
1. Pemberian
malam(lilin) pada kain,
2. Pewarnaan,
3. Pelepasan
lilin dari kain.
Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai
selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan
canting tangan termasuk dalam proses batik tulis atau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam untuk
menghalangi proses pewarnaan pada batik karena malam tidak dapat masuk meresap
pada kain (wax resist). Setelah diberi
malam, batik dicelup dengan warna.
Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keperluan dan
berapa warna yang diinginkan.
Setelah proses pewarnaan dan pemberian malam selesai
dilakukan kemudian malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang telah diproses diatas direbus
hingga malam menjadi leleh dan terlepas dari kain dan larut dalam air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang
terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada
batik, dan menghindari kelunturan.
Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.
Alat- alat yang diperlukan dalam proses pembuatan batik
adalah :
1. Canting
atau cap, Canting merupakan alat untuk membatik yang biasa digunakan. Canting biasanya terbuat dari bahan tembaga
yang ujungnya menyerupai paruh burung
sedangkan. Sedangkan cap adalah alat
semacam stempel besar bermotif yang terbuat dari tembaga.
2. Gawangan,
Gawangan adalah tempat untuk meletakkan kain yang akan dilakukan proses batik
tulis. Gawangan pada umumnya terbuat dari kayu atau bamboo
3. Wajan,
wajan dalam ukuran kecil, digunakan untuk mencairkan malam atau lilin. Wajan
ini bisa terbuat dari tembaga atau tanah liat (khusus untuk proses batik tulis)
4. Anglo/
kompor kecil, Anglo/ kompor berukuran
kecil digunakan untuk memanaskan wajan (khusus untuk proses batik tulis)
5. Malam/
lilin, Malam/ lilin yang digunakan dalam membatik terbuat dari campuran
berbagai jenis bahan seperti gondorukem, lemak minyak kelapa, dan paraffin.
6. Bahan
pewarna, Pewarna yang biasa digunakan berupa pewarna kimia/buatan dan Pewarna alami yang diperolah dari kulit
kayu soga, daun indigo, dan lainnya.
2.5 Batik Indonesia Dimata Dunia
Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO Batik Indonesia secara
resmi diakui UNESCO dengan dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai
Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible
Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah
tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Seperti dilansir ANTARA, dalam siaran pers dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, UNESCO mengakui batik Indonesia bersama dengan 111
nominasi mata budaya dari 35 negara, dan memasukkannya dalam Daftar
Representatif 76 mata budaya.
UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik dan
simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia mulai dari lahir sampai
meninggal. hal itu terlihat dari bayi yang digendong dengan kain batik bercorak
simbol yang membawa keberuntungan, dan yang meninggal ditutup dengan kain
batik. Selain itu, pakaian dengan corak sehari-hari juga dipakai secara rutin
dalam kegiatan bisnis dan akademis. Sementara berbagai corak lainnya dipakai
dalam upacara pernikahan, kehamilan, juga dalam wayang, kebutuhan non-sandang
dan berbagai penampilan kesenian. Kain batik bahkan memainkan peran utama dalam
ritual tertentu.
Berbagai corak Batik Indonesia menandakan adanya berbagai
pengaruh dari luar mulai dari kaligrafi Arab, burung phoenix dari Cina, bunga
ceri dari Jepang, sampai burung merak dari India atau Persia. Tradisi membatik
Indonesia juga diturunkan dari generasi ke generasi. Ini memperlihatkan batik
terkait dengan identitas budaya rakyat indonesia. Berbagai arti simbolik dari
warna dan corak mengekspresikan kreativitas dan spiritual rakyat Indonesia.
UNESCO memasukkan Batik Indonesia ke dalam Daftar
Representatif karena telah memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan
simbol-simbol dan filosofi kehidupan rakyat Indonesia, serta memberi kontribusi
bagi terpeliharanya warisan budaya tak-benda pada saat ini dan di masa
mendatang. Dalam menyiapkan nominasi, para pihak terkait telah melakukan
berbagai aktivitas, termasuk melakukan penelitian di lapangan, pengkajian,
seminar, dan sebagainya untuk mendiskusikan isi dokumen dan memperkaya
informasi secara bebas dan terbuka.
Depbudpar menyatakan masuknya Batik Indonesia dalam UNESCO
Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity merupakan
pengakuan internasional terhadap salah satu mata budaya Indonesia, sehingga
diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para pengrajin batik dan
mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Depbudpar menyatakan bahwa perjuangan supaya Batik Indonesia
diakui UNESCO ini melibatkan banyak pihak, baik pemerintah, para pengrajin,
pakar, asosiasi pengusaha dan yayasan atau lembaga batik, serta masyarakat
luas. Perwakilan RI di negara anggota Tim Juri yaitu di Persatuan Emirat Arab,
Turki, Estonia, Meksiko, Kenya dan Korea Selatan serta UNESCO-Paris turut
memegang peranan penting dalam memperkenalkan batik secara lebih luas kepada
para anggota Tim Juri, sehingga mereka lebih seksama mempelajari dokumen
nominasi Batik Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah memasukkan Batik
Indonesia ke dalam Daftar Inventaris Mata Budaya Indonesia. Pada 2003 dan 2005
UNESCO telah mengakui Wayang dan Keris sebagai Karya Agung Budaya Lisan dan
Tak-benda Warisan Manusia (Masterpieces of the Oral and Intangible Cultural
Heritage of Humanity).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batik merupakan salah satu kekayaan warisan budaya bangsa
Indonesia. Batik adalah sebuah proses menahan warna dengan memakai lilin malam
secara berulang-ulang diatas kain. Dunia mengakui batik merupakan salah satu
warisan umat manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta
penghargaan itu akan disampaikan secara resmi oleh United Nations Educational,
Scientific, and Culture Organization (UNESCO).
3.2 Saran
Untuk melestarikan batik yang ada di Indonesia sebaiknya
kita menghargai budaya batik yang ada di Indonesia dengan cara menggunakan
kostum batik dan mencintai batik agar tidak di klaim oleh Negara lain yang
berada di luar Indonesia.Serta membuat Undang-Undang bahwa budaya batik adalah
warisan Indonesia yang sejak turun temurun harus di lestarikan.selain itu
mensosialisasikan batik kepada generasi muda agar batik dapat berkembang pada
era selanjutnya.