Angkutan
Labi-labi di Aceh awalnya dimulai tahun 1980-an dimana pada awalnya menggunakan
mobil kecil dengan kapasitas mesin 500 cc berkapasitas penumpang sebanyak 11
orang. Namun pada pertengahan tahun 1980-an angkutan labi-labi ini menggunakan
mobil berjenis Hijet-55 dengan kapasitas mesin sebesar 550 cc dengan bentuk
serta kapasitas penumpang lebih besar, yaitu sebanyak 14 orang. Pada era berikutnya, angkutan Labi-labi mulai
menggunakan mobil Hijet 1000 dengan kapasitas mesin 1000 cc yang bisa menampung
penumpang sebanyak 16 orang.
Di beberapa
tempat di Aceh, mobil angkutan Labi-labi ini yang juga disebut giring-giring,
memiliki pelayanan angkutan penumpang yang biasanya mulai beroperasi dari jam
06.30 sampai jam 20.00 wib. Hanya saja setelah bencana Tsunami 2004 silam lalu,
jadwal trayek angkutan umum yang satu ini digeser menjadi pukul 06.30 sampai
pukul 18.00 wib. Namun, Labi-labi juga biasanya membawa barang dagangan di pagi
hari, sekitar jam 04.00. Dengan membawa muatan sayuran, ikan teri dan ikan asin
untuk dikirim ke Pasar Peunayong, Pasar Aceh, Pasar Neusu dan Pasar Setui.
Muatan berupa sayuran biasa diambil dari daerah sekitar Tungkop, Cot Kueung dan
Ulee Kareng; sedangkan ikan teri dan ikan asin dimuat dari daerah Krueng Raya.
Terminal Labi-labi juga sering menjadi tempat transit bagi pedagang ikan teri
dan ikan asin untuk menunggu jemputan angkutan labi-labi dari Seulimum
mengantar pedagang tersebut ke Pasar Seulimum di Aceh Besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar